Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengunjungi fasilitas Laboratorium Entomologi WMP (World Mosquito Program) Yogyakarta pada 22 Juli 2022.
Menteri Kesehatan ingin mendengar langsung dari WMP Yogyakarta tentang implementasi teknologi Wolbachia, khususnya setelah usai tahap penelitiannya pada 2020 lalu, dan berlanjut dengan implementasi bersama Pemerintah Kabupaten Sleman dan Bantul. Beliau memberikan apresiasi agar proses implementasi teknologi tersebut dapat terus dilakukan untuk menyehatkan Indonesia.
Menyambut kunjungan Menteri Kesehatan dan rombongan, Project Leader WMP Yogyakarta Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D menyampaikan presentasi hasil penelitian di Kota Yogyakarta, proses implementasi bersama Kabupaten Sleman dan Bantul saat ini, serta berkontribusi dalam mendukung strategi nasional penanggulangan DBD 2021-2025 di Indonesia. Hadir pula dr Yodi Mahendradhata MSc, PhD, FRSPH (Plt Dekan FK KMK UGM) mendampingi tim WMP Yogyakarta.
“Teknologi Wolbachia memiliki efikasi yang tinggi dalam kasus demam berdarah yaitu sebesar 77% dan menurunkan tingkat rawat inap rumah sakit sebesar 86%. Teknologi ini juga telah mendapat rekomendasi dari VCAG (Vector Control Advisory group) WHO untuk implementasi teknologi yang telah terbukti efikasinya tersebut. Kami berharap, di masa mendatang teknologi Wolbachia bisa diimplementasikan di daerah lainnya di luar Yogyakarta, sehingga dapat membantu menurunkan kasus demam berdarah secara signifikan,” terang Prof. Adi Utarini. (**)
Dalam kunjungannya, Budi Gunadi Sadikin mendapat penjelasan dari ahli serangga WMP Yogyakarta, Warsito Tantowijoyo, Ph.D, terkait cara kerja bakteri Wolbachia dalam menghambat transmisi virus dengue, proses implementasi di lapangan dengan peletakan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia, hingga kapasitas produksi telur di dalam insektarium yang didanai sepenuhnya oleh Yayasan Tahija, Jakarta.
“Saya datang ke WMP Yogyakarta ini dalam rangka mempelajari bagaimana cara menurunkan demam berdarah di lingkungan kita, dengan cara mengendalikan nyamuknya. Yaitu dengan cara membuat nyamuknya tidak dapat menyebarkan virus dengue lagi, dengan menyebarkan nyamuk ber-Wolbachia,” ujar Budi Gunadi.
Selain mendapatkan informasi terkait aspek teknologi, implementasi, dan penurunan kasus, Budi Gunadi luar negeri mengangkat pentingnya kerjasama lintas pihak dalam implementasi teknologi ini, khususnya untuk implementasi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibutuhkan keterlibatan aktif dari para pemangku, baik di tingkat Kementerian, Dinas Kesehatan, pemangku wilayah, hingga kerjasama dengan mitra yang berkomitmen dalam mendukung pelaksanaannya, termasuk untuk dukungan dana.
Di akhir kunjungan, Kementerian Kesehatan menyampaikan akan mencermati data kota/kabupaten dengan beban demam berdarah yang tinggi di Indonesia.
Selain mempertimbangkan angka kasus dengue yang, Prof. Adi Utarini menambahkan pula adanya kegiatan pelatihan dan magang ACTIVATE bagi 8 kota-kabupaten yang tengah berlangsung saat ini, yang diselenggarakan oleh Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM sebagai pertimbangan dalam implementasi teknologi ini di wilayah prioritas di Indonesia.