Kampus ITS, ITS News – Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki tingkat kesuburan tanah yang baik, namun potensi menguntungkan ini pada kenyataannya tidak mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat. dalam Studium Generale acara Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan Bisnis Pertanian yang digelar di Auditorium Gedung Pusat Riset ITS, Kamis (14/7), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama MarkPlus Inc dan Petrokimia Gresik berpandangan bahwa pengembangan teknologi di sektor pertanian ini menjadi salah satu solusi efektif.
Diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, sebanyak 46,3 persen rumah tangga tergolong miskin berasal dari keluarga yang penghasilan utamanya berasal dari sektor pertanian. Dalam pembukaannya, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak yang turut hadir hadir menyampaikan, walau sebagai penyumbang terkecil gerakan di Indonesia, nyatanya bertumpuk di sektor. “Artinya, solusi mengentas kemiskinan ini tidak selalu berpatokan pada pembukaan lapangan pekerjaan,” tuturnya.
Emil melanjutkan, penyebab utama permasalahan sektor pertanian ini menemukan inovasi yang memanfaatkan teknologi agar terjadi peningkatan produktivitas yang lebih efisien. “Kontribusi anak muda yang sudah melek teknologi sangat dibutuhkan untuk menginovasikan alat-alat canggih penunjang pertanian,” tandas Emil di akhir bicaranya dalam kuliah umum yang diikuti ratusan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, termasuk ITS.
Pada kesempatan yang sama, Pendiri sekaligus Ketua MarkPlus Inc Dr (HC) Hermawan Kartajaya melanjutkan, teknologi saat ini diciptakan untuk keperluan kemanusiaan. Hermawan berpendapat bahwa teknologi yang dikembangkan untuk pertanian juga merupakan bagian dari peningkatan kemanusiaan. “Apa gunanya teknologi yang dikembangkan bila tidak memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakat banyak,” ungkap lelaki yang kerap disapa dengan inisial HK ini.
Dilanjutkan oleh Dwi Sariyo Annurogo, Direktur Utama Petrokimia Gresik yang juga alumni Teknik Kimia ITS ini mengatakan bahwa pertanian merupakan sektor yang mampu menjaga kestabilan ekonomi di Indonesia terutama di masa pandemi. Pertanian dikembangkan lebih lanjut, memiliki prospek yang sangat positif di masa depan. “Mengembangkan inovasi di pertanian ini tidak instan dan memang membutuhkan waktu karena bidang budaya juga menjadi pertimbangan,” ujarnya.
Perubahan industri khususnya bidang pertanian yang saat ini sudah menuju digitalisasi Anda telah mendapat perhatian khusus, terutama oleh tinggi di Indonesia. Pada kesempatan yang sama, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng mengingatkan, perguruan tinggi saat ini harus siap siaga menghadapi hal tersebut. “ITS telah mengubah sistem pembelajaran sesuai dengan kebutuhan industri serta perluasan kompetisi mahasiswanya,” tulisnya.
Sumber: its.ac.id