Ribuan warga Amerika Serikat (AS) mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan pangan imbas laju inflasi yang semakin meningkat. Akibat peningkatan inflasi tersebut, harga energi dan berbagai bahan makanan di Amerika Serikat semakin melonjak. Lonjakan inflasi yang terjadi di AS terjadi akibat memanasnya konflik Rusia dan Ukraina, situasi ini makin diperparah dengan adanya pencabutan deklarasi bencana Covid-19.
Alasan inilah yang mengantarkan Inflasi AS menyentuh angka 9,1 persen, membuat roda perekonomian masyarakat mulai terganggu. Khawatir masyarakatnya tak dapat lagi memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi, membuat pemerintah AS kembali berinisiatif untuk memberikan bantuan pangan. Moment ini lantas dimanfaatkan ribuan warga Amerika.
Menurut pantauan dari Associated Press, dalam sehari setidaknya ada lebih 900 keluarga dari berbagai cabang organisasi rela mengantri di bank pangan, untuk mendapatkan kotak bantuan pemerintah yang berisi kacang kaleng, selai kacang, dan nasi. Harganya terlalu tinggi, sangat tidak mungkin untuk kami bertahan sekarang tanpa bantuan” ujar Tomasina John, salah satu warga AS yang ikut mengantri bantuan. Bahkan mereka rela menempuh jarak yang cukup jauh dari kediamannya hanya untuk mendapatkan bantuan langsung.
Krisis ekonomi yang terjadi di AS mengantarkan ribuan warganya mengalami kekurangan pangan. Ancaman serius ini apabila tak kunjung ditangani maka akan berdampak buruk bagi Amerika. Belakangan sejumlah organisasi pangan juga turut membantu mendistribusi bantuan pada warga AS, seperti Organisasi pangan Phoenix yang dalam sehari bisa mendistribusikan paket pangan sebanyak 4.271.
Jumlah ini meningkat 78 persen apabila dibandingkan dengan tahun lalu.
Beberapa lembaga pangan seperti Bank Makanan Komunitas Alameda County di California Utara juga turut mendistribusikan 1.410 paket makanan. Langkah inipun diikuti oleh Houston Food Bank yang menyumbang bantuan makanan dengan biaya rata–rata 610.000 pound per hari. Selain memberikan bantuan paket pangan langsung, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) juga berencana untuk menyuntikan dana miliar dolar AS kepada para petani di Amerika. Dengan dana tersebut nantinya petani dapat membantu meningkatkan produksi pangan di AS sehingga harga kebutuhan pangan bisa kembali stabil.
Cara ini juga dimaksudkan untuk meringankan kerugian petani imbas dari penetapan tarif dan praktik lain dari mitra dagang AS.
Generasi Milenial di AS Disebut jadi Pemicu
Melonjaknya inflasi AS di bulan Juni ke angka 9,1 persen, membuat pasar keuangan gelisah dan meningkatkan kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi.
Penyebab tingginya inflasi AS diperkirakan karena beberapa faktor antara lain, lonjakan harga pangan dan energi yang dipicu kekurangan pasokan dan perang di Ukraina, pengeluaran pemerintah AS yang besar untuk stimulus ekonomi dan suku bunga rendah di tengah merebaknya pandemi Covid-19, serta kurangnya tenaga kerja AS dan gangguan rantai pasokan. Namun seorang ahli strategi investasi, Bill Smead berpendapat faktor lain yang ikut bertanggung jawab terkait melonjaknya inflasi di AS adalah generasi milenial.
Lihat, apa yang tidak semua orang termasuk dalam percakapan adalah apa yang sebenarnya menyebabkan inflasi, yaitu terlalu banyak orang dengan terlalu banyak uang mengejar terlalu sedikit barang,” kata kepala investasi di Smead Capital Management Bill Smead, yang dikutip dari CNBC.
jumlah generasi milenial terutama kelompok usia 27 hingga 42 tahun di AS mencapai 92 juta orang.
Menurut Smead, perilaku milenial yang telah berubah menjadi gemar membelanjakan dananya untuk membeli rumah, kendaraan dan aset lainnya, dapat mendorong kenaikan harga. Jadi kami memiliki banyak orang di Amerika Serikat, (berusia) 27 hingga 42, yang menunda pembelian rumah, pembelian mobil, selama sekitar tujuh tahun lebih lambat dari kebanyakan generasi.
Tetapi dalam dua tahun terakhir mereka semua memasuki pesta bersama-sama, dan ini hanyalah awal dari periode waktu 10 hingga 12 tahun di mana ada sekitar 50 persen lebih banyak orang yang menginginkan hal-hal ini daripada yang ada di masa lalu. Namun banyak generasi milenial tidak setuju dengan gagasan yang menyebut mereka gemar menggunakan uang untuk membeli aset.
Sedangkan menurut sejumlah survei yang dilakukan dalam dua tahun terakhir menunjukkan lebih dari 60 persen generasi milenial di AS menunda membeli rumah karena memiliki biaya pinjaman pendidikan yang harus dibayar. Milenial juga merupakan generasi dengan beban utang yang tumbuh paling cepat. Tekanan pada pasar perumahan di AS karena kekurangan pasokan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan persaingan yang tinggi, membuat banyak pembeli di usia akhir 20-an dan awal 40-an mengurungkan niat untuk membeli rumah.